Tentang Kami

UNIK.EDU Plus adalah lembaga konsultan psikologi yang bergerak di bidang pendidikan yang berdiri pada tahun 2007. Integralitas pelayanan menjadi fokus kami, dimana tidak hanya individu dalam konteks anak didik saja. Melainkan juga para orang tua dan guru sebagai elemen penggerak dan sangat penting dalam kesuksesan sebuah pendidikan. Sehingga kami dapat memberikan pelayanan yang profesional, komprehensif dan akurat kepada pengguna jasa layanan kami. Misi utama Lembaga konsultan ini adalah mengoptimalkan aspek kognitif, afektif dan motorik anak usia dini, pelajar, mahasiswa, guru dan orang dewasa melalui pelayanan assesmen psikologik yang berorientasi pada ketepatan diagnostik dan penanganan, peningkatan keterampilan melalui kursus dan pelatihan serta memberikan pelayanan konseling psikologik.

BERANDA

Rabu, 30 Maret 2011

KENAPA RASULULLAH SAW MENGANJURKAN UNTUK MENCIUM ANAK?



by Ulfa Mahmudah on Sunday, May 16, 2010 at 7:56pm
Oleh : Ulfa Mahmudah, M.Psi.
(Psikolog pada Konsultan Psikologi Pendidikan UNIK.EDU+)

Suatu ketika, Rasulullah SAW mencium cucunya (Hasan bin Ali). Lalu ada seorang bernama Al Aqra sedang duduk di sisi beliau. Ia berkata ”Sesungguhnya saya punya sepuluh orang anak. Saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka”. Rasulullah SAW bersabda: siapa saja tidak mengasih, tidak dikasihi. (HR Bukhari Muslim)
Ada beberapa orang Badui datang menemui Rasulullah saw. Mereka berkata; ”Apakah kalian menciumi anak kalian?” para sahabat menjawab ”Ya”. Orang-orang Badui itu berkata, ”Demi Allah! Kami tidak pernah mencium”. Lalu Rasulullah saw bersabda : ”Aku tidak kuasa menjamin jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari hati kamu sekalian”.

Dari kedua hadits di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Rasulullah SAW menekankan betapa pentingnya mencium sebagai ungkapan rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya. Mencium anak adalah perilaku yang sangat sederhana namun sangat penting bagi buah hati kita terutama terhadap aspek psikologis dan perkembangan otak.

Aspek psikologis
Perilaku mencium, menyayangi, mengasihi anak yang dilakukan oleh Rasulullah adalah salah satu bentuk tingkah laku lekat (attachment behavior) untuk memelihara kelekatan (attachment) yang sudah dibangun. Kelekatan (attachment) sendiri diartikan sebagai ikatan emosional yang kuat, diperoleh anak dari interaksinya dengan orang tua, atau orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya (Ainsworth, dalam Mc Cartney & Dearing, 2002).

Menurut teori belajar, salah satu sumber pembentukan kelekatan adalah berupa sentuhan fisik atau stimulus kinestetik dimana perilaku mencium anak termasuk di dalamnya. Sumber pembentukan kelekatan lainnya adalah berupa stimulus visual dan auditori. Apabila kita sebagai orang tua dapat menggunakan semua stimulus tersebut (kinestetik, visual dan auditori) dalam satu perilaku ungkapan kasih sayang maka pembentukan kelekatan tersebut akan lebih efektif. Contoh perilaku tersebut misalnya kita mencium dan memeluk anak sambil membisikkan ”Bunda sayang abang miftah (panggilan anak kita)..”, lalu melakukan kontak mata dan memberinya senyuman, maka sumber pembentukan kelekatannya menjadi lengkap; kinestetik, auditori dan visual.
Rasa lekat sangat penting untuk membangun rasa aman dalam diri anak. Hal ini sesuai dengan hasil sebuah penelitian, sebagaimana dikutip dari buku I Am Your Child (1997), dimana anak-anak yang secara psikologis merasa aman akan lebih mampu menghadapi situasi yang sulit di kemudian hari. Anak-anak yang memiliki rasa aman memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan berprestasi di sekolah dibandingkan anak-anak yang kurang memiliki rasa aman. Di samping itu, anak akan mengalami pertumbuhan yang baik, tidak hanya dari asupan nutrisi yang baik saja namun juga dari lingkungan (terutama dari orang tua) yang diwarnai dengan kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman.
dr. Lineus Hewis, Sp.A, dalam makalahnya ”Bring Out The Genius in Your Child”, mengungkapkan bahwa lingkungan yang memberikan pengalaman dengan kehangatan, pengasuhan, stabilitas, dan stimulasi berkontribusi pada perkembangan kognitif (intelektual), sosial, dan emosi yang positif. Sebaliknya, lingkungan yang memberikan pengalaman stress, tingkat stimulasi yang rendah, instabilitas, dan rasa tidak aman berhubungan dengan resiko yang lebih besar pada perkembangan otak yang tidak adekuat.
Penelitian mengenai otak di Amerika menemukan bahwa anak yang mendapatkan sentuhan, pelukan, ciuman, kasih sayang dan kelekatan dengan orang tua atau orang terdekatnya akan mengalami perkembangan otak yang baik dibandingkan anak yang tidak mendapatkan sentuhan, pelukan, ciuman dan kasih sayang.

Aspek perkembangan otak
Otang tua memiliki tugas super penting yang terkait dengan aspek perkembangan otak anaknya. Tugas tersebut yaitu memberikan stimulasi positif, pengalaman hidup, dan membangun kelekatan dengan anak agar hubungan antar sel (sinaps) yang terjadi di sel otaknya semakin banyak. Perlu kita ketahui bahwa pada otak bayi (normal) yang baru lahir memiliki 100 milyar sel otak (neuron) dan hanya sedikit dari sel-sel ini yang berhubungan satu dengan yang lain. Sel-sel otak tersebut akan berhubungan satu dengan lainnya jika mendapatkan stimulasi yang sesuai. Supaya sel-sel otak ini tetap aktif dan permanen, diperlakukan penguatan melalui repetisi atau pengulangan perilaku positif. Jadi, berilah stimulasi positif sebanyak mungkin, sesuai dengan kebutuhan anak.
Mengapa usia 2-3 tahun disebut sebagai golden age bagi anak? karena pada usia ini otak sangat peka faktor lingkungan, baik positif maupun negatif. Di samping itu, perkembangan otak pada usia ini adalah sebagai pondasi untuk perkembangan otak selanjutnya.

Pemberian stimulasi positif seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw berupa ciuman, pelukan, dan kasih sayang sedini mungkin akan membentuk sinaps-sinaps yang semakin banyak, yang dengan demikian akan berpengaruh positif bagi perkembangan otak yang lebih baik. Di bawah ini adalah ilustrasi perbandingan sel-sel otak yang memiliki sinaps yang lebih banyak karena stimulasi positif (bagian kiri) dan sel-sel otak yang memiliki sinaps lebih sedikit karena minim stimulasi positif (bagian kanan) :

Jadi, apa yang dapat kita simpulkan dari bahasan ini? ikutilah Rasulullah SAW sebagaimana beliau memberikan kasih sayang, ciuman, pelukan, agar tumbuh rasa aman dalam diri anak dan mengalami perkembangan kognitif, sosial, serta emosi yang lebih baik. Hal ini kita lakukan untuk membentuk generasi Islam dan generasi Indonesia yang lebih berkualitas..


_______________________________________________________________________
Artikel ini milik UNIK.EDU Plus, jika tertarik untuk menyalinnya dapat menghubungi kami, dan tetap menuliskan nama penulisnya di daftar ustaka atau sumber tulisan anda. semoga ilmu dapat bermanfaat lebih luas dengan jalan keberkahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar