Oleh : Ani Khairani, M.Psi, Psikolog
7 Februari 2010
Tahun baru ternyata bermakna sangat beragam, bukan tentang terompet atau shio-shioan. tapi satu hal yang lain. Seketika itu, orangtua merasa sibuk dan deg-degan, terutama yang punya anak TK yang hampir lulus dikelas B, kelas terakhir tingkatan TK. Pasalnya, anak yang dulu masih ditimang-timang ternyata sudah saatnya masuk kesekolah. gerbang awal yang dicanangkan pemerintah, katanya WAJIB BELAJAR 9 tahun. Tapi bukankah aneh. kalender pendidikan indonesia , baru akan mulai tahun ajaran baru ketika Bulan juli. Ini baru januari loh, Ternyata-eh ternyata, begitu ketatnya saingan persaingan antar sekolah, yang akhirnya meng-syaratkan adanya penyeleksian masuk sekolah SD, yang sudah dimulai dari 6 bulan sebelumnya.
Orangtua juga seperti sudah sama-sama mengerti bahwa semakin bagus sekolah, semakin ketat juga penyeleksiannya. Entah ini mitos atau pengalaman kasuistik. Namun, masih terus berlangsung berbagai prokontra di dunia psikologi dan pendidikan dengan wacana ‘sekolah bagus’. Apakah sekolah bagus adalah sekolah yang mempunyai input anak-anak bagus sehingga tinggal dipoles sedikit sudah cemerlang, sehingga membawa sekolah juga laksana berkilauan atau sekolah yang tidak perlu seleksi input siswa, dengan menerima siswa apapun untuk diasah, digergaji, dipaku, di amplas, kemudian dipoles, baru tercipta kemilau yang berbeda-beda, yang walaupun tidak membuat seolah laksana bercahaya, tapi cukup membuat guru dan kepala sekolah bernafas lega dan tersenyum bangga. seperti halnya sekolah si toto chan atau laskar pelangi sepertinya. Dua kutub ekstrim yang berbeda memang.
Namun, ya memang tidak semua sekolah berada pada dua kutub ekstrim itu, masing-masing sekolah memang menempatkan diri sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. dengan kata lain. idealisme dan pragmatisnya. Titik utamanya justeru ada pada orangtua. mau memasukkan anaknya, ke sekolah yang bagaimana.? Yang prestise, yang murah meriah, yang internasional, yang bintang pelajar, yang alam, yang karakter, yang agama, sampai dengan yang luar biasa.
Ternyata UJIAN, MUSIBAH, serta SUKSESnya PENDIDIKAN si ANAK terletak pada pilihan akhir si orangtua. Sebagai pemasok dana utama, pengemban idealisme keluarga, penyokong cita-cita, dsb, dsb. Pertanyaan lanjutannya adalah . apakah pilihan orangtua terhadap sekolah untuk anaknya yang dicintainya telah tepat? Lantas, bagaimana kita mengetahui apa yang cocok untuk anak?
TAHAP SATU. berkenalan kembali dengan anak.
- Kenali kebiasaan dan peristiwa apa yang terjadi ketika ibu mengandung si anak. Apakah si ibu merasa bahagia terus, apakah si ibu tertekan terus, apakah keracunan makanan, zat pewarna atau mengkonsumsi obat, apakah mengalami sakit yang mengganggu, dan lainnya
- Kenali si anak semenjak dia mulai dilahirkan, kemampuan dan kekhasan dan keistimewaan si anak berawal di sini. apakah mengalami kesulitan dalam melahirkan, apakah dia langsung bisa tersenyum ketika baru keluar dari rahim, dan berbagai keistimewaan yang lain.
- Kenali si anak ketika dia sudah mulai belajar tegak leher, duduk, merangkak.
- Kenali si anak ketika ia mulai berbahasa.
- Kenali aktivitas kesenangan si anak
- Kenali permainan yang paling disukainya..
- Kenali caranya berinteraksi dengan orang lain
- Kenali caranya mengungkapkan kemarahannya
- Kenali cara ia mengungkapkan pikiran dan perasaannya
- Kenali segala apa yang tidak disukainya
- Kenali dan Tanyakan sekolah apa yang disukainya
Perkenalan dengan anak ini mengarahkan kita untuk mengetahui kecerdasan anak bagian apakah yang cemerlang dan perlu diseriusi. Kecerdasan yang dibicarakan disini adalah kecerdasan majemuk yang meliputi banyak hal, bukan hanya kepintaran akademis saja. Orangtua harus dan perlu mengetahui berbagai kecerdasan tersebut. (Lihat Peran Ibu melejitkan kecerdasan anak dengan Multiple Intelligent )
TAHAP KEDUA...Kenali sekolahnya..
- Kenali tujuan yang ingin dicapai setiap sekolah
- Kenali metode belajarnya
- Kenali pendekatan gurunya
- Kenali program sekolahnya
- Kenali harganya
Perkenalan dengan sekolah ini mengantarkan kita akan karakter masing-masing sekolah, bagian dari titik tekan apa yang diutamakan dari sekolah itu sendiri. Kasarannya, sekolah ini pabrik apaan? apakah pabrik atlit, atau pabrik pengusaha, atau pabrik penghapal Quran, atau pabrik ilmuwan, atau pabrik segala ada (tetapi rupanya masih jarang ditemukan sekolah seperti ini).
Selain itu, lihat harganya, betul bahwa sekolah memang tidak gratis, dari persepsi si pemilik sekolah, Karena tidak mungkin, seorang guru tidak dibayar, bayar listrik sekolahan, membuat kursi atau membeli kertas. Maka memang sekolah pun harus terus berusaha untuk menggalang kerjasama dengan pengusaha daerah setempat, atau yayasan-yayasan dapat turut menjadi donator pembiayaan operasional sekolahan. Itulah sebabnya ada manajemen berbasis sekolah (MBS)
Selain itu, jika melihat lebih dalam, banyak orang yang terbuka tangannya untuk turut membantu kita menyekolahkan anak kita, dengan beasiswa, atau sumbangan sukarela, tinggal kita sebagai orangtua mengusahakan untuk menemukan siapa yang terbuka tangannya tersebut. Dan bersyukurlah di Jakarta -Depok, ternyata sekolah negeripun sudah gratis, walaupun membayar, hanya pada pendaftaran pertama, dan terkadang dapat dicicil. Jadi teruslah optimis, karena jika kita mengusahakan disitulah terbuka jalan.
TAHAP KETIGA ..Mari kita jodohkan
Ini adalah Bagian mudahnya yaitu menjodohkan kecerdasan anak dengan karakter sekolah.
Apakah anak kita ini memiliki kecerdasan akademis tinggi, dengan kecerdasan logis matematis dan linguistik yang menonjol, maka masuklah ke sekolah yang memiliki karakter orientasi akademis, banyak remedial, sekolah sampe ¾ hari, banyak PR, sering hapalan, rutin ujian, atau kuis, dsb, dsb. (beberapa sekolah negeri masih banyak menganut paham sekolah dengan orientasi akademis ini)
Apakah anak kita kecerdasan naturalisnya tampak menonjol, atau kecerdasan kinestetiknya tampak cemerlang, maka sekolah alam adalah kesukaannya.
Apakah selama ini perkembangan bicaranya sudah sempurna, ada kekuarang pada pendengarannya, atau ternyata perkembangan fisiknya pun tidak sesuai dengan usia perkembangan anak seumurnya, maka sekolah luar biasalah yang cocok untuknya.
Apakah ia tampak memiliki dunia sendiri, atau tidak bisa duduk diam untuk 2 menit pun, atau terasa lama sekali ia dapat mengerti informasi, maka penanganan khusus harus mereka dapatkan, karena mereka memiliki kebutuhan khusus untuk mengoptimalkan kelebihannya.
Jika kelihatannya serba salah, ya kekanan, kekiri, kedepan kebelakang, sepertinya merasa tak ada sekolah yang cocok untuk anak tercinta, karena begitu istimewanya kemampuan yang dimiliki sedangkan tak ada sekolah pun yang mampu memenuhi kebutuhannya, maka cobalah sekolah rumah (Homeschooling), dan berkomitmenlah untuk menseriusinya.
Jika sudah pada tahap ketiga ini, niscaya orangtua telah menjalankan kewajibannya dengan baik terhadap hak anaknya yang dicintainya. Ia tidak dholim dan sudah proporsional menempatkan si anak sesuai perkembangan, psikologis dan idealismenya.
TAHAP KEEMPAT ... Mari berbuat adil lebih jauh lagi
Ini adalah bagian tersulit, dari semua tahapnya. Ketika si orangtua menghadapi tataran pragmatisnya yang kadang melupakan yang idealisnya.
‘kok sekolah seperti kandang kambing begitu,,”
“Kok mahal Ammatz ya sekolah disana, bisa diskon gak..”..
“Malu ah, bareng dengan anak-anak itu”
“Wah gak level lah, sekolah di situ.”
“repot antar jemputnya, kan jauh dari kantorku.”
“Woow, anak bosku sekolah disitu.”
“keren bangetz ya sekolahnya, iyalah mahal gito loh”.
“eh itu, sekolah artis lohw, mau ah..”
“Kata tetanggaku, bagus loh..”
“kataya siy jelek, males ah kesana..”
“Sekolah itu sudah sekolah turun temurun dari eyangmu, pokoknya cucu eyang ini harus masuk sekolah itu, titik!”
Menghadapi hal ini perlu adanya sikap kebijaksanaan dari orangtua, mengingatkan kembali tujuan awal, sekolah itu sebenarnya untuk apa. Bagian dari kewajiban sebagai orangtua untuk membentuk anak menjadi manusia seperti apa kelak. Menjadi generasi apa nantinya dimasa datang. Apakah kelak anak kita generasi yang TIDAK PERCAYA DIRI. SENANG DILAYANI.. SUKA MEMBEBEK. GAMPANG DIPROVOKATORI. BAHAGIA DENGAN KORUPSI. MUDAH PUTUS ASA
DAN BUNUH DIRI.. SUSAH DIATUR.. GAMPANG EMOSI
Atau
Kelak menjadi generasi. PUNYA PRINSIP PASTI.. SENANG BERBUAT DAN MENYAMPAIKAN KEBAIKAN. PEMIMPIN YANG MELAYANI. CERDAS DAN BERBUDI. DAPAT DIPERCAYA DAN MENYAYANGI.. EMPATI DAN PEKA KONDISI.. TAKUT MENGAMBIL HAK ORANG LAIN.. MEMILIKI VISI DUNIA AKHIRAT..
Pada tahap ini orangtua menempatkan dirinya lebih dalam lagi, lebih bijaksana dan lebih melihat jauh kedepan tentang kebutuhan anak. Membentuk anak didasarkan pada keinginan besar untuk mencetak anak sebagai orang yang terbaik. Kecerdasan yang dimilikinya menjadi cemerlang dan melejit, sehingga ia menjadi seorang AHLI dalam bidang yang ditekuninya. Sementara pada jaman sekarang ini kebanyakan orang Indonesia , mencoba untuk menguasai semua hal secara sedikit-sedikit, dan hanya sedikit sekali yang menguasai dan mendalami satu atau beberapa hal secara Spesifik dengan predikat AHLI dibidang itu.
TAHAP KELIMA.. menikmati dan mendukung sepenuh hati.
Pada akhirnya si anakpun mulai bersekolah, jangan harap pada tahap ini sudah tidak ada masalah berarti. Namun justru baru saja mulai.. Anak perlu dukungan, anak perlu perhatian dan pengendalian, anak perlu kelembutan dan kasih sayang.. Karena sekolah bukan untuk menitipkan anak dan serahterimakan pengasuhan pada guru ataupun kepala sekolah. Teruslah mengenalinya, karena setiap saat anakpun berkembang dan menjulang. Setiap anak akan menjadi orang dewasa yang terus menghadapi hidup dengan segala permasalahan yang dibawanya. Usaha kita pada tahun keenam awal sianak itu hidup menentukan 10-30 tahun hidupnya kelak. Jadi, Ternyata UJIAN, MUSIBAH, serta SUKSESnya PENDIDIKAN si ANAK terletak pada pilihan akhir si orangtua. Pilihan Usaha untuk mencapai generasi yang terbaik.
____________________________________________________________________________
Artikel ini sepenuhnya milik UNIK.EDU PLUS, jika tertarik menyalinnya, mohon menghubungi terlebih dahulu UNIK.EDU PLUS. Semoga dapat menyebarkan banyak Ilmu Kebaikan dengan jalan keberkahan. Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar