Tentang Kami

UNIK.EDU Plus adalah lembaga konsultan psikologi yang bergerak di bidang pendidikan yang berdiri pada tahun 2007. Integralitas pelayanan menjadi fokus kami, dimana tidak hanya individu dalam konteks anak didik saja. Melainkan juga para orang tua dan guru sebagai elemen penggerak dan sangat penting dalam kesuksesan sebuah pendidikan. Sehingga kami dapat memberikan pelayanan yang profesional, komprehensif dan akurat kepada pengguna jasa layanan kami. Misi utama Lembaga konsultan ini adalah mengoptimalkan aspek kognitif, afektif dan motorik anak usia dini, pelajar, mahasiswa, guru dan orang dewasa melalui pelayanan assesmen psikologik yang berorientasi pada ketepatan diagnostik dan penanganan, peningkatan keterampilan melalui kursus dan pelatihan serta memberikan pelayanan konseling psikologik.

BERANDA

Rabu, 30 Maret 2011

MENUMBUHKAN EMPATI DAN JIWA PENOLONG BAGI ANAK


Oleh Ani Khairani, M.Psi, Psikolog
28 April 2010
 Empati adalah Keterampilan emosi yang dimiliki seseorang berupa pemahaman dan kepekaan terhadap perasaan dan pola pikir orang lain baik yang positif maupun negatif yang mengarahkannya untuk memberikan respon sikap dan perilaku yang tepat dan prososial terhadap orang lain. 

Fenomena Empati Pada Anak
Untuk mengukur tingkat empati pada anak perlu penelitian khusus tentang hal ini. Namun, paling tidak, mencoba mengobservasi respons anak terhadap suatu peristiwa tertentu akan memperlihatkan sejauh mana si anak memiliki rasa empati. Misalnya, bagaimana responsnya ketika melihat seseorang terjatuh, apakah dia peduli, atau acuh tak acuh. 

Menurut penelitian Dr. Paul D. Hastings, dari National Institue of Mental Health. Menunjukkan bahwa anak yang agresif dan perusuh kurang memiliki rasa empati dalam dirinya. Mereka cenderung menunjukkan sikap ketidakpedulian mereka terhadap sesama melalui kemarahan, kekerasan, dan menertawakan ketidakberuntungan orang lain, dan yang lebih parah merekapun bersikap seperti itu terhadap ibu mereka. Untuk melihat kondisi real anak-anak Indonesia, dapat kita lihat apakah kebanyakan anak-anak di sekeliling kita seperti demikian. Jika lebih banyak yang seperti itu tentu kita dapat memperkirakan sejauh manakah kondisinya di Indonesia.

Hal yang paling menarik dalam penelitian tersebut adalah, penyebab mereka kurang memiliki rasa empati  adalah akibat dari pola asuh orangtuanya. Orangtua terutama ibu yang menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan, yang tidak berusaha berkomunikasi ataupun memberikan penjelasan, pengertian dan menerapkan peraturan-peraturan yang konsisten, dan yang secara keterlaluan memarahi anak-anak mereka ataupun menunjukkan kekecewaan mereka yang berlebihan terhadap si anak cenderung menghalangi perkembangan prasosial si anak dan menghilangkan perlahan-lahan rasa empatinya.


Pentingnya memupuk jiwa penolong dan empati sejak kecil
Kita ingin anak-anak yang lahir dari rahim kita adalah anak-anak yang baik, sholeh/sholehah dan bermanfaat bagi ummat manusia, memiliki kehidupan yang selamat di dunia dan bahagia di akhirat. Garis yang menghubungkan itu semua didapatkan dari peran dan amanah utama sebagai seorang manusia yang diciptakan Rabb-Nya sebagai insan yang ber amar ma’ruf nahyi Munkar yaitu yang mengajak pada kebaikan dan mencegah pada keburukan. Mengajak dan mencegah terhadap siapa? Tentunya terhadap manusia yang lain. 

Peran dan amanah inilah yang harus dijalankan dengan baik agar tujuan akhir dapat tercapai. Untuk dapat menjalankannya, diperlukan sikap dari seorang manusia yang  memiliki kepekaan, rasa peduli dan sikap pro sosial.yang besar terhadap sesama. Kepekaan dan sikap prososial tersebut tidak selalu  dapat muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu ditumbuh kembangkan pada setiap diri anak dengan cara pembiasaan dari semenjak dini.     


Bahayanya jika empati tidak dibiasakan pada anak
Seperti yang telah dikemukakan di atas, jika terus menerus rasa empati itu tergerus dengan sikap mereka yang semakin tidak peduli dengan kondisi orang lain, mereka  akan menunjukkan sikap negatif terhadap sesama melalui kemarahan, kekerasan, dan menertawakan ketidakberuntungan orang lain, dan yang lebih parah merekapun bersikap seperti itu terhadap orangtua mereka. Bayangkan jika sikap ini akan terus menerus muncul sampaii anakkita dewasa, akan jadi apakah mereka kelak?

Kesalahan orangtua yang menghambat tumbuhnya Empati 
·         Tidak berusaha berkomunikasi ataupun memberikan penjelasan dan pengertian terhadap apa yang dilarang dan yang harus dilakukan anak
·         Kurang menciptakan kehangatan dalam berinteraksi dengan anak
·         Menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan,
·         menerapkan peraturan-peraturan yang tidak konsisten
·         Secara keterlaluan memarahi anak-anak
·         Sering menunjukkan kekecewaan mereka yang berlebihan
·         Sering mengungkit-ungkit kesalahan anak

Kiat-kiat menumbuhkan empati dan jiwa penolong
·         Rasa empati dapat dibiasakan dengan mengungkapkan setiap bentuk perasaan yang sedang dirasakan ibu dan penjelasan kenapa bisa muncul perasaan tersebut.
·         Selalu mendorong anak mengucapkan dan menamakan perasaan yang dirasakannya dan biarkan anak memahami apa yang ia rasakan dan mengapa ia memiliki perasaan seperti itu. Contoh ketika anak cemberut, ibu menanyakan, apakah kamu sedang kesal, ataukah sedang sedih. Beri pengertian kepada anak jika sedang kesal, seseorang akan memperlihatkan wajah cemberut, dengan mata yang menyipit, alis yang bertekuk, mulut yang manyun, pipi sedikit menggelembung, dsb.
·         Beri kehangatan kepada anak walaupun ibu sedang mengingatkan kesalahan anak ataupun dalam kondisi menghukum anak. Caranya adalah tetap bersikap tegas bukan galak ketika menghukum, setelah selesai menghukum, ajaklah anak duduk bersama dan ajaklah berbicara kenapa ia perbuatan yang ia lakukan tadi perlu dihukum, tanamkan kepada anak bahwa ibu/ayah sayang kepadanya dan ingin anak yang disayanginya menjadi anak yang lebih baik akhlaqnya dengan menghukum perbuatan yang tidak baik.
·         Membacakan cerita bergambar yang bertema sosial dan nilai-nilai kebaikan dengan memperlihatkan gambar-gambar yang menunjukkan emosi dan perasaan seseorang. Kemudian dibahas cerita tersebut, kenapa si tokoh merasa sedih, atau merasa bahagia, kenapa harus menolong orang lain, kenapa harus menengok orang sakit, dsb.
·         Banyak memberikan contoh-contoh keteladanan dari orang-orang sholeh, seperti Rosulullah dan sahabat-sahabatnya, tentang orang yang senang menolong, tentang akhlaq seorang dermawan, dsb
·         Keteladanan dari orangtua dengan akhlaq yang baik, akan menjadi jalan yang paling efektif untuk pengajaran terhadap anak.

Menyiapkan Kematangan Emosi Remaja

Oleh Ani Khairani, M.Psi, Psikolog
Oktober 2010


Fase remaja merupakan fase yang penuh tantangan. Peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa menuntut kemampuan adaptasi yang baik. Pada saat usia remaja, anak mengalami perubahan fisik dan psikis yang akan berdampak pada proses kematangannya sebagai individu dan kemampuannya menghadapi masalah dalam kehidupan kelak. Karenanya, setiap anak perlu dipersiapkan dengan baik untuk menjalani fase tersebut.


Masa Puber
Setelah fase kanak-kanak, setiap manusia akan melewati masa remaja, atau biasa kita sebut masa pubertas. Para ahli psikologi perkembangan memiliki pendapat yang berbeda untuk waktu, ada yang mulai sengan usia 11 tahun ada yang 12 tahun, dsb, begitupun unutk akhir masa remaja ada yang 23 tahun, ada yang 21 tahun. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa masa puber biasanya dimulai dari usia 12 tahun sampai dengan kira-kira usia 21 tahun. Para psikolog membagi masa puber menjadi 3 bagian, yaitu
·         masa Puber awal, usia 12-14 tahun
·         masa puber pertengahan, usia 15-17 tahun
·         masa puber akhir. 18-21 tahun

Bagaimana cara orangtua mengenal masa puber yang dialami anaknya?. Mudah sekali mengidentifikasikan masa ini. Perubahan yang kentara pada masa puber inilah akan terjadi berbagai perubahan pada organ fisik.  Selain Fisik, perkembangan Psikis pun akan menyertai. Secara psikis, pada masa ini seorang individu, mengalami masa baligh, yang menandai kematangan organ-organ seksual.  Untuk laki-laki masa puber ini ditandai oleh telah keluarnya cairan sperma/air mani melalui mimpi, ciri khusus yang lain adalah tumbuhnya rambut-rambut di kemaluan, kumis, jenggot, rambut ketiak, dan perubahan suara. Sedangkan unutk perempuan ditandai dengan dimulainya periode pertama menstruasi/darah haid. Ciri khusus yang lain adalah perkembangan pada bagian dada, tumbuhnya rambut di kemaluan dan ketiak, tulang pinggul dan dan bokong yang semakin lebar, perubahan suara. Namun tidak selalu sama pada setiap individu untuk awal  masa baligh yang dialaminya. Ada yang sudah muncul pada masa pubel awal atau bahkan pada masa puber akhir.


Mempersiapkan Anak menuju kehidupan Remaja
Hal yang penting disini adalah bagaimana  mempersiapkan anak dalam menghadapi lingkup kehidupan baru sebagai remaja



  • Siapkan Pengetahuan

Persiapkan pengetahuan dan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang apa perubahan yang akan terjadi baik secara fisik, psikologis, serta tuntutan perkembangan dan lingkungan.   Ketika anak-anak pada masa kanak-kanak akhir menjelang masuk ke masa puber awal, sekitar usia 7-10 tahun, sudah dimulai memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan.  Dimulai dari masa kanak-kanak, sudah ditanamkan rasa aman, agar kepribadiannya tumbuh dengan baik. Rasa aman ini hadir karena adanya rasa cinta, kasih sayang, lemah lembut, interaksi yang baik, penghargaan, sesuatu yang bisa membangkitkan kepercayaan diri, dan pemahaman positif.    



  • Siapkan Pemahaman dan Penerapan Nilai-Nilai Kebaikan
Penerapan nilai-nilai pada masa ini juga tak kalah penting. Nilai-nilai ini adalah bentuk kelanjutan dari nilai-nilai yang ditanamkan ketika masa kanak-kanak. Diantaranya:

  • membiasakan kebiasaan yang baik atau kita sebut akhlaq yang baik pada kegiatan sehari-hari seperti makan-minum, berjalan, etika terhadap teman sebaya, terhadap orang yang lebih tua, dan anak yang lebih muda.
  • Membiasakan mengerjakan ibadah dan menetapkan tujuan akhir dalam kehidupan yang fana ini
  •  Belajar mengendalikan keinginan/instink, motivasi dan emosi.
  • Membiasakan bertanggung jawab dan tahu konsekuensi apa yang yang harus ia jalani terhadap perbuatan yang ia lakukan

  • Siapkan Kemandirian dan Tanggung jawab

Pelatihan yang paling efektif adalah contoh yang baik dan pembiasaan yang diulang-ulang terutama selama masa rentang kehidupan kanak-kanak sebagai pondasi utama sampai remaja. Namun, memang disesuikan tingkat kesulitan yang mereka hadapi sesuai usianya, contoh anak kecil terbiasa membereskansendiri mainannya, kemudian naik level untuk membereskan sendiri kamarnya, naik level lagi bahwa diabertanggungjawab atas kebersihan dan kerapihan ruangan tertentu, dsb.
Contoh yang baik dan pembiasaan adalah bentuk konsistensi yang sangat penting untuk menjaga motivasinya berbuat kebaikan. Secara psikologis, anak yang sudah terbiasa dan ada contoh yang secara tidak langsung selalu mengkondisikan dan mengingatkannya, akan terinternalisasi dalam diri dan kesadarannya untuk terbiasa melakukan kebaikan. Selain itu, akan muncul motivasi yang tumbuh dalam dirinya yang menjadi kekuatan besar yang menjadi bagian dari dirinya.
Membiasakan dan memberi contoh tentang :
·         resiko sebuah perbuatan contoh, jika tidak berhati-hati menggunakan pisau akan teriris,
·         konsekuensi positif dan negatif contoh jika ia berhasil pada suatu target tertentu ia akan mendapatkan keinginannya yang sudah disepakati sebelumnya, dan jika ia melanggar aturan aklaq yang baik ketika bertamu maka ia mendapatkan konsekuensi negatif berupa hukuman yang sudah disepakati sebelumnya,
·         dampak perilaku yang ia tampilkan dan sebab akibat perbuatan contoh jika ia teriak-teriak maka akan berdampak mengganggu tetangga, mengganggu orang-orang sekitarnya, dsb
·         Tuntutan sosial, kebiasaan baik, contoh akhlaq mulia dari Rosulullah saw dan sahabat, tentang kewajiban-kewajiban.   



  • Siapkan Kematangan Emosi.
Allah Swt  telah memberikan karunia emosi dan naluri dasar pada manusia dan hewan untuk melakukan tugas penting dalam kehidupan. Tugas penting ini adalah membantu manusia melakukan penyesuaian dan adaptasi diri untuk menjaga eksistensi dan memelihara regenerasi spesies.  Macam-macam Emosi yang  ada dalam diri manusia adalah rasa Cinta, takut, sedih, marah, dengki, cemburu, dan malu.

Emosi dapat bermanfaat bagi manusia jika kadarnya masih dalam taraf wajar dan kalau ditampilkan pada situasi dan saat yang tepat. Namun jika berlebihan berbagai masalah mulai dari fisik bahkan psikologis yang muncul. Oleh karena itu, emosi perlu dikendalikan.

Pengendalian ini yang perlu dibiasakan semenjak kecil. Jika seorang anak menampilkan emosi berlebihan maka segera diambil tindaan caranya, dengan menenangkan, memberikan pengertian dan penjelasan untuk menambah pemahaman berupa akibat dan dampak serta resiko yang ia akan dapatkan jika emosi tersebut secara berlebihan ia tampilkan.



Emosi Remaja
Stabilitas emosi remaja pada tahap puber awal sampai pertengahan memang masih dalam tahap pematangan. Prinsip-prinsip pengendalian tetap perlu dibiasakan, caranya  dengan:

  • Memulai dari awal untuk menumbuhkan rasa aman sehingga akan terbangun konsep diri yang positif terutama di hadirkan oleh orangtua dan saudara-saudara kandungnya. Dukungan ini akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki seluruh keadaan. 
  •  Mengembalikan pada rasionalitas, agar ia dapat berpikir jernih setiap menghadapi permasalahan dengan berdiskusi dan tukar pikiran perlu seringkali dilakukan.
  •  Membimbingnya belajar untuk dapat memahami terlebih dahulu kondisi dan situasi sekitar, dan terutama berbagai sudut pandang orang lain yang berbeda-beda akan mengasah rasa empatinya.
  •  Memilih dan memilah semua perasaan yang ada, karena terkadang remaja mencampur aduk seluruh rasa dan pengalamanyangmembuatnya frustasi, sehingga fungsi mencari solusi tidak berjalan.
  •  Membiasakannya belajar untuk berorientasi pada solusi bukan pada masalah yang dialami. Hal ini pun akan menumbuhkan keterampilan memecahkan masalah dan pikiran positif dan sikap optimis.  Dengan pertanyaan coba menggulirkan pertanyaan. Apa yang bisa dilakukan dengan situasi ini?, apa pertimbangan baik buruknya? bagaimana caranya melakukan ini-itu?  Apa yang terbaik dari seluruh situasi buruk ini?, apa resiko baik buruknya?
Emosi tidak Sehat
Bentuk penyimpangan emosi/emosi yang tidak sehat pada remaja dan cara mengenalinya. Emosinya yang  berlebihan merupakan awal dari penyimpangan emosi pada setiap manusia. Kecintaan luar biasa terhadap sesuatu, kecemasan berlebihan, kebencian yang terlalu, ketakutan yang sangat. Masing-masing memiliki reaksi yang berbeda dan mudah dikenali.




Tips menumbuhkan emosi yang matang pada remaja:

  • Komunikasi yang empatik dua arah dalam bentuk diskusi harus selalu dilakukan
  •  Terbiasa untuk mengungkapkan perasaan dan bertukar pikiran, mulailah dulu dari orangtua yang “curhat’ pada anaknya
  •  Jadilah sahabatnya bukan figur otoritas yang ditakuti.
  • Kenali temannya, bahwa teman anak kita adalah teman kita juga.
  • Ketahui dan jika bisa ikut terlibat dalam aktivitasnya.
  • Terlibatlah dalam memberikan pertimbangan ketika ia akan memutuskan sesuatu
  • Jangan membandingkan jaman nya dengan jaman kita dahulu
  • berilah penghargaan dan hargai pendapatnya bahkan mintalah pendapatnya terhadap apa yang perlu diputuskan oleh orangtua.
  • Jika ingin meluruskan pandangannya, lakukan pada saat ia telah puas mengungkapkan pendapatnya, dan menanyakan pendapat kita.
  • Jangan menyalahkannya, cobalah selalu menangkap dulu perasaannya.
  • berilah kisah-kisah teladan Rosulullah dan sahabat tentang,dan selalu bersama-sama mengajak dan melakukan keteladanan tersebut dilingkungan keluarga. 

‘Menyuruh’ yang efektif kepada anak




by Ani Khairani on Wednesday, March 10, 2010 at 2:24pm


Terkadang kita tidak sadar dengan pola komunikasi kita yang satu arah yang selalu kita terapkan pada anak-anak kita. Mulai anak usia 4 tahun sudah ingin didengarkan pendapat dan pikirannya. Ia seharusnya mulai belajar tentang bagaimana bernegosiasi, berdiskusi dan bertukar pikiran.

Biasakanlah orangtua untuk mulai mengajaknya berbicara apa tentang apa dan kenapa sesuatu yang harus ia lakukan, bukan menyuruh ataupun memerintahkan sesuatu yang orangtua inginkan. 

Sebagai tips bagaimana ‘menyuruh’ yang efektif kepada anak adalah sebagai berkut; 
• Datangilah ia, 
• lihat wajahnya, dan 
• tataplah matanya. 
• Mulailah bertanya, tentang apa yang sedang ia lakukan, 
• berilah ia kesempatan menjawabnya dan
• baru kemudian mintalah tolong atau meminta bantuan kepadanya apa yang harus ia lakukan.
• Mintalah konfirmasi kepadanya bisa atau maukah ia membantu,
• Berilah penjelasan kenapa ia harus melakukan itu. 
• Berilah apresiasi, atau penghargaan dengan apa yang ia lakukan dengan sesuatu yang ia suka
• Beri penegasan kembali.

Contoh: 
“Abang sedang apa? (Abang sedang menggambar bunda....) ‘oo, sedang menggambar… Bunda bisa minta tolong, sebentar saja. Boleh? (hmmm...) “Bunda perlu bantuan abang untuk menyimpan mainan abang ini kelemarinya, Bisa?(Bisa) Karena lantai ini perlu disapu, sehingga bunda tidak mau ada mainan abang yang ikut tersapu dan terbuang ketempat sampah. Setelah ini, abang bisa teruskan menggambarnya, dan bunda punya sesuatu untuk abang. (Apa Bun?) "Hadiah".. Yuk, tolong Bunda!--sambil digandeng tangannya”

jika anak masih terus menolak, terus tarik ulur pembicaraan, dengan memasukkan dampak baik dan buruk jika ia tidak menuruti apa yang diminta ibunya.... yang jelas harus dapat diterima pikirannya dan adanya dialog...

Selamat mencoba, Semoga terbiasa, 

KENAPA RASULULLAH SAW MENGANJURKAN UNTUK MENCIUM ANAK?



by Ulfa Mahmudah on Sunday, May 16, 2010 at 7:56pm
Oleh : Ulfa Mahmudah, M.Psi.
(Psikolog pada Konsultan Psikologi Pendidikan UNIK.EDU+)

Suatu ketika, Rasulullah SAW mencium cucunya (Hasan bin Ali). Lalu ada seorang bernama Al Aqra sedang duduk di sisi beliau. Ia berkata ”Sesungguhnya saya punya sepuluh orang anak. Saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka”. Rasulullah SAW bersabda: siapa saja tidak mengasih, tidak dikasihi. (HR Bukhari Muslim)
Ada beberapa orang Badui datang menemui Rasulullah saw. Mereka berkata; ”Apakah kalian menciumi anak kalian?” para sahabat menjawab ”Ya”. Orang-orang Badui itu berkata, ”Demi Allah! Kami tidak pernah mencium”. Lalu Rasulullah saw bersabda : ”Aku tidak kuasa menjamin jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari hati kamu sekalian”.

Dari kedua hadits di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Rasulullah SAW menekankan betapa pentingnya mencium sebagai ungkapan rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya. Mencium anak adalah perilaku yang sangat sederhana namun sangat penting bagi buah hati kita terutama terhadap aspek psikologis dan perkembangan otak.

Aspek psikologis
Perilaku mencium, menyayangi, mengasihi anak yang dilakukan oleh Rasulullah adalah salah satu bentuk tingkah laku lekat (attachment behavior) untuk memelihara kelekatan (attachment) yang sudah dibangun. Kelekatan (attachment) sendiri diartikan sebagai ikatan emosional yang kuat, diperoleh anak dari interaksinya dengan orang tua, atau orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya (Ainsworth, dalam Mc Cartney & Dearing, 2002).

Menurut teori belajar, salah satu sumber pembentukan kelekatan adalah berupa sentuhan fisik atau stimulus kinestetik dimana perilaku mencium anak termasuk di dalamnya. Sumber pembentukan kelekatan lainnya adalah berupa stimulus visual dan auditori. Apabila kita sebagai orang tua dapat menggunakan semua stimulus tersebut (kinestetik, visual dan auditori) dalam satu perilaku ungkapan kasih sayang maka pembentukan kelekatan tersebut akan lebih efektif. Contoh perilaku tersebut misalnya kita mencium dan memeluk anak sambil membisikkan ”Bunda sayang abang miftah (panggilan anak kita)..”, lalu melakukan kontak mata dan memberinya senyuman, maka sumber pembentukan kelekatannya menjadi lengkap; kinestetik, auditori dan visual.
Rasa lekat sangat penting untuk membangun rasa aman dalam diri anak. Hal ini sesuai dengan hasil sebuah penelitian, sebagaimana dikutip dari buku I Am Your Child (1997), dimana anak-anak yang secara psikologis merasa aman akan lebih mampu menghadapi situasi yang sulit di kemudian hari. Anak-anak yang memiliki rasa aman memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan berprestasi di sekolah dibandingkan anak-anak yang kurang memiliki rasa aman. Di samping itu, anak akan mengalami pertumbuhan yang baik, tidak hanya dari asupan nutrisi yang baik saja namun juga dari lingkungan (terutama dari orang tua) yang diwarnai dengan kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman.
dr. Lineus Hewis, Sp.A, dalam makalahnya ”Bring Out The Genius in Your Child”, mengungkapkan bahwa lingkungan yang memberikan pengalaman dengan kehangatan, pengasuhan, stabilitas, dan stimulasi berkontribusi pada perkembangan kognitif (intelektual), sosial, dan emosi yang positif. Sebaliknya, lingkungan yang memberikan pengalaman stress, tingkat stimulasi yang rendah, instabilitas, dan rasa tidak aman berhubungan dengan resiko yang lebih besar pada perkembangan otak yang tidak adekuat.
Penelitian mengenai otak di Amerika menemukan bahwa anak yang mendapatkan sentuhan, pelukan, ciuman, kasih sayang dan kelekatan dengan orang tua atau orang terdekatnya akan mengalami perkembangan otak yang baik dibandingkan anak yang tidak mendapatkan sentuhan, pelukan, ciuman dan kasih sayang.

Aspek perkembangan otak
Otang tua memiliki tugas super penting yang terkait dengan aspek perkembangan otak anaknya. Tugas tersebut yaitu memberikan stimulasi positif, pengalaman hidup, dan membangun kelekatan dengan anak agar hubungan antar sel (sinaps) yang terjadi di sel otaknya semakin banyak. Perlu kita ketahui bahwa pada otak bayi (normal) yang baru lahir memiliki 100 milyar sel otak (neuron) dan hanya sedikit dari sel-sel ini yang berhubungan satu dengan yang lain. Sel-sel otak tersebut akan berhubungan satu dengan lainnya jika mendapatkan stimulasi yang sesuai. Supaya sel-sel otak ini tetap aktif dan permanen, diperlakukan penguatan melalui repetisi atau pengulangan perilaku positif. Jadi, berilah stimulasi positif sebanyak mungkin, sesuai dengan kebutuhan anak.
Mengapa usia 2-3 tahun disebut sebagai golden age bagi anak? karena pada usia ini otak sangat peka faktor lingkungan, baik positif maupun negatif. Di samping itu, perkembangan otak pada usia ini adalah sebagai pondasi untuk perkembangan otak selanjutnya.

Pemberian stimulasi positif seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw berupa ciuman, pelukan, dan kasih sayang sedini mungkin akan membentuk sinaps-sinaps yang semakin banyak, yang dengan demikian akan berpengaruh positif bagi perkembangan otak yang lebih baik. Di bawah ini adalah ilustrasi perbandingan sel-sel otak yang memiliki sinaps yang lebih banyak karena stimulasi positif (bagian kiri) dan sel-sel otak yang memiliki sinaps lebih sedikit karena minim stimulasi positif (bagian kanan) :

Jadi, apa yang dapat kita simpulkan dari bahasan ini? ikutilah Rasulullah SAW sebagaimana beliau memberikan kasih sayang, ciuman, pelukan, agar tumbuh rasa aman dalam diri anak dan mengalami perkembangan kognitif, sosial, serta emosi yang lebih baik. Hal ini kita lakukan untuk membentuk generasi Islam dan generasi Indonesia yang lebih berkualitas..


_______________________________________________________________________
Artikel ini milik UNIK.EDU Plus, jika tertarik untuk menyalinnya dapat menghubungi kami, dan tetap menuliskan nama penulisnya di daftar ustaka atau sumber tulisan anda. semoga ilmu dapat bermanfaat lebih luas dengan jalan keberkahan.

TIPS STIMULASI BERDASARKAN MULTIPLE INTELLIGENCES

by Ulfa Mahmudah on Tuesday, May 11, 2010 at 3:10pm
Oleh : Ulfa Mahmudah, M.Psi.
(Psikolog pada Konsultan Psikologi Pendidikan UNIK.EDU+)

Dalam mendidik anak, prinsip dasar yang harus kita yakini adalah bahwa setiap anak memiliki potensi kecerdasan masing-masing, yang sifatnya unik dan individual. Keunikan ini dapat dilihat pada anak kembar sekalipun, dimana pada kasus yang ditemui, anak yang satu memiliki potensi kecerdasan pada bidang logika matematika. Sementara anak yang lain lebih menonjol pada bidang musik dan bahasa. Atas kondisi ini kita dapat memahami bahwa kecerdasan bervariasi, antara anak yang satu dengan yang lainnya.

Dengan mengetahui peta kecerdasan masing-masing anak, kita akan dapat mendidiknya secara lebih optimal dan memperlakukannya secara lebih tepat. Sehingga tidak akan lagi terjadi kasus orang tua memaksakan anak untuk ikut kursus matematika mati-matian, padahal potensi kecerdasannya berada pada ranah sosial dan bahasa. Kita ketahui bersama juga bahwa dengan paksaan, anak tidak akan nyaman untuk belajar dan merasa stress. Muncullah perilaku malas atau tidak semangat belajar.

Berikut adalah berbagai tips stimulasi yang dapat diberikan oleh orang tua, guru, atau pun pendidik kepada anak-anak untuk mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki :

Kecerdasan bahasa adalah kemampuan untuk menggunakan kata dan bahasa dalam mengekspresikan arti
Tips stimulasi :
- bacakanlah buku untuk anak dan berikan juga ia kesempatan untuk membaca buku sendiri
- mendiskusikan pengarang atau penulis buku yang disukai
- mengunjungi perpustakaan dan toko buku
- mintalah anak untuk membuat ringkasan
- mintalah anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibaca
Profesi yang sesuai: penulis, jurnalis, orator

Kecerdasan matematika adalah kemampuan menyelesaikan tugas berhitung
Tips stimulasi:
- Bermain permainan logika
- Field trip ke laboratorium komputer, museum sains, pameran elektronika
-Mengerjakan aktivitas berhitung, seperti menghitung objek dan bereksperimen dengan angka
- Ciptakan situasi agar anak berpikir dan memahami angka
Profesi yang sesuai: akuntan, ilmuwan, engineer

Kecerdasan ruang adalah kemampuan untuk berpikir 3 dimensi
Tips stimulasi:
- Kumpulkan permainan kreatif untuk anak
- Bermain mazes dan charts
- Ajak anak ke museum seni dan buat museum milik anak
-Berjalan-jalan dengan anak. Ketika kembali, mintalah ia untuk memvisualisasikan kemana ia pergi dan gambar peta dari pengalamannya
Profesi yang sesuai: arsitek, artis, pelaut

Kecerdasan gerak adalah kemampuan untuk memanipulasi objek dan terampil secara fisik
Tips stimulasi:
- Berikan kesempatan pada anak untuk beraktivitas fisik atau berolahraga
- Sediakan tempat untuk bermain baik indoor maupun outdoor. Atau ajak anak bermain ke taman
- Ajak anak untuk ke pertandingan olahraga yang disukai
Profesi yang sesuai: penari, ahli operasi, atlit, pemahat

Kecerdasan musik adalah sensitivitas pada melodi, ritme, suara, dan pitch
Tips stimulasi:
- Sediakan anak tape recorder
- Berikan kesempatan kepada anak untuk bermain alat musik
-Kembangkan kesempatan untuk membuat musik dan ritme dengan menggunakan suara atau instrumen sederhana
- Dorong anak untuk membuat musik sendiri
Profesi yang sesuai : komposer, musisi, dan sensitive listeners

Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain
Tips stimulasi:
- Dorong anak untuk bekerja dalam kelompok
- Bantu anak untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
- Sediakan permainan kelompok
- Dorong anak untuk bergabung dalam klub atau organisasi yang disukai
Profesi yang sesuai: guru, mental health professional

Kecerdasan pribadi adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan mengarahkan kehidupan seseorang secara efektif
Tips stimulasi:
- Dorong anak untuk memiliki hobi dan minat
- Dengarkan perasaan anak dan beri feedback yang menyentuh
- Dorong anak untuk menggunakan imajinasi
- Sediakan buku untuk menuangkan ide dan pengalaman
Profesi yang sesuai: psikolog, ulama

Kecerdasan alam adalah kemampuan anak untuk mengobservasi pola pada alam dan memahami sistem alam dan manusia
Tips stimulasi:
- Ajak anak ke museum sains
- Ciptakan pusat belajar alam di kelas
- Ajak anak beraktivitas di area outdoor seperti berjalan ke kebun teh, naik gunung, dll.
-Ajak anak untuk mengoleksi tumbuhan atau binatang dan mengklasifikasikannya
Profesi yang sesuai: petani, botanist, ecologist, landscapers

Materi ini pernah disampaikan oleh penulis pada Seminar Parenting Skill di SDIT Al Uswah Srengseng dan TQT Elnusa Cilandak.

________________________________________________________________
Artikel ini milik unik.Edu Plus, jika anda tertarik menyalinnya dapat menghubungi kami dan tetap memasukkan nama penulis dalam daftar pustaka/sumber tulisan anda. Semoga Ilmu dapat bermanfaat luas dengan jalan keberkahan. Terimakasih

Associates Psychologist

PSIKOLOG 

  • Dra. Dian Ariyana, M.Psi. (No. IP:01/IP:05-98/275)
  • Miwa Patnani,  M. Psi, Psikolog(No. IP : 01 17-08/212)
  • Afia Fitriani, M. Psi.(No. IP : 01/IP : 07-10/2107)
  • Yulistia, M.Psi  (No IP: 01/IP:10-06/1481)
  • Yunda   K. Rusman, M.Psi,  (No. IP : 01/IP :01-09-/1915)
  • Winna Andini H., M. Psi, Psikolog
  • Putri Saraswati, M. Psi, Psikolog (No. IP : 01/IP : 10-10/2167)
  • Cut Nyak Fitri Jualaikha, M.Psi 
  • Yosi Molina, M.Psi
  • Dwi Wahyuni, M.Psi
  • Putiani Mawarti, M.Psim, Psikolog
  • Yasir Ibrahim, S.Psi
SARJANA PSIKOLOGI
  • Ferdinan Eka Lasmana, S.Psi
  • Fajar Setiadi, S.Psi 
  • Khairunnisa, S.Psi
  • Vera Puriwati, M.Psi
  • Umi Aminatun, S.Psi
  • Sri Mulyani, S.Psi
  • Amalia Sekar Wulan, S. Psi
  • Ade Ubaidah, S.Psi
  • Yusrina Dwiperdanasari, S.Psi


Selasa, 29 Maret 2011

Family Gathering UNIK.EDU


@Saung Telaga Sawangan

STIMULASI UNTUK ANAK USIA DINI



March 29, 2011 at 2:10pm
Oleh : Ulfa Mahmudah, M.Psi (Psikolog pada Konsultan Psikologi UNIK.EDU PLUS)

KOORDINASI MATA-TANGAN :
-Dorong si kecil berpakaian dan makan sendiri
-Biarkan ia menggambar dan mewarnai, pajang karya seninya

BELAJAR KREATIF :
-Berikan permainan lilin yang bisa ia bentuk
-Berikan pena dan cat air untuk menggambar
-Membentuk coretan kecil untuk menjadi tulisan
-Pujilah gambar yang dibuatnya

MEMPELAJARI OBJEK
-Ambil buku yang gambarnya familiar, tunjuk dan sebutkan namanya dan biarkan ia membalik halaman
lBiarkan ia berlatih meletakkan objek, misalnya menumpuk cangkir plastik
-Cari puzzle dengan urutan peletakan; kecil sampai besar, satu sampai sepuluh

KETERAMPILAN RUANG
-Dorong anak untuk bermain lilin, menggambar dan bermain balok
-Semangati ia berjalan berkeliling rumah atau komplek-
-Biarkan dia mendorong kereta boneka ke taman
-Kendarai sepeda di ruangan yang luas
-Bermain agak jauh, tetapi aman
-Bermain dengan anak-anak lain

BERKOMUNIKASI
-Bicarakan tentang perasaan dan emosi
-Semangati dia meniru dengan permainan

BERSOSIALISASI
-Membutuhkan banyak teman sebaya, daftarkan pra sekolah
-Beri anak ruang untuk bermain kejar-kejaran dan menghabiskan energi
-Biarkan ia bermain dengan teman-temannya

Bagaimana memilih sekolah yang TEPAT ?

Oleh : Ani Khairani, M.Psi, Psikolog
7 Februari 2010



Tahun baru ternyata bermakna sangat  beragam,  bukan tentang terompet atau shio-shioan. tapi satu hal yang lain. Seketika itu, orangtua merasa sibuk dan deg-degan, terutama yang punya anak TK yang hampir lulus dikelas B, kelas terakhir tingkatan TK. Pasalnya, anak yang dulu masih ditimang-timang ternyata sudah saatnya masuk kesekolah. gerbang awal yang dicanangkan pemerintah, katanya WAJIB BELAJAR 9 tahun.  Tapi bukankah aneh. kalender pendidikan  indonesia, baru akan mulai tahun ajaran baru ketika Bulan juli. Ini baru januari loh, Ternyata-eh ternyata, begitu ketatnya saingan persaingan antar sekolah, yang akhirnya meng-syaratkan adanya penyeleksian masuk sekolah  SD, yang sudah dimulai dari 6 bulan sebelumnya. 

Orangtua juga seperti sudah sama-sama mengerti bahwa semakin bagus sekolah, semakin ketat juga penyeleksiannya. Entah ini mitos atau pengalaman kasuistik. Namun, masih terus berlangsung berbagai prokontra di dunia psikologi dan pendidikan dengan wacana ‘sekolah bagus’. Apakah sekolah bagus adalah sekolah yang mempunyai input anak-anak bagus sehingga tinggal dipoles sedikit sudah cemerlang, sehingga membawa sekolah juga laksana berkilauan atau  sekolah yang tidak perlu seleksi input siswa, dengan menerima siswa apapun untuk diasah, digergaji, dipaku, di amplas, kemudian dipoles, baru tercipta kemilau yang berbeda-beda, yang walaupun tidak membuat seolah laksana bercahaya, tapi cukup membuat guru dan kepala sekolah bernafas lega dan tersenyum bangga.  seperti halnya sekolah si toto chan atau laskar pelangi sepertinya.  Dua kutub ekstrim yang berbeda memang.

Namun, ya memang tidak semua sekolah berada pada dua kutub ekstrim itu, masing-masing sekolah memang menempatkan diri sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. dengan kata lain. idealisme dan pragmatisnya. Titik utamanya justeru ada pada orangtua. mau memasukkan anaknya, ke sekolah yang bagaimana.? Yang prestise, yang murah meriah, yang internasional, yang bintang pelajar, yang alam, yang karakter, yang agama, sampai dengan yang luar biasa.

Ternyata UJIAN, MUSIBAH, serta SUKSESnya  PENDIDIKAN si ANAK terletak pada pilihan akhir si orangtua. Sebagai pemasok dana utama, pengemban idealisme keluarga, penyokong cita-cita, dsb, dsb. Pertanyaan lanjutannya adalah . apakah pilihan orangtua terhadap sekolah untuk anaknya yang dicintainya telah tepat? Lantas, bagaimana kita mengetahui apa yang cocok untuk anak?

TAHAP SATU. berkenalan kembali dengan anak.
  1. Kenali kebiasaan dan peristiwa apa yang terjadi ketika ibu mengandung si anak. Apakah si ibu merasa bahagia terus, apakah si ibu tertekan terus, apakah keracunan makanan, zat pewarna atau mengkonsumsi obat, apakah mengalami sakit yang mengganggu, dan lainnya
  2. Kenali si anak semenjak dia mulai dilahirkan,  kemampuan dan kekhasan dan keistimewaan si anak berawal di sini.  apakah mengalami kesulitan dalam melahirkan, apakah dia langsung bisa tersenyum ketika baru keluar dari rahim, dan berbagai keistimewaan yang lain.
  3. Kenali si anak ketika dia sudah mulai belajar tegak leher, duduk, merangkak.
  4. Kenali si anak ketika ia mulai berbahasa.
  5. Kenali aktivitas kesenangan si anak
  6. Kenali permainan yang paling disukainya..
  7. Kenali caranya berinteraksi dengan orang lain
  8. Kenali caranya mengungkapkan kemarahannya
  9. Kenali cara ia mengungkapkan pikiran dan perasaannya
  10. Kenali segala apa yang tidak disukainya
  11. Kenali dan Tanyakan sekolah apa yang disukainya

Perkenalan dengan anak ini mengarahkan kita untuk mengetahui kecerdasan anak bagian apakah yang cemerlang dan perlu diseriusi. Kecerdasan yang dibicarakan disini adalah kecerdasan majemuk yang meliputi banyak hal, bukan hanya kepintaran akademis saja. Orangtua harus dan perlu mengetahui berbagai kecerdasan tersebut. (Lihat Peran Ibu melejitkan kecerdasan anak dengan Multiple Intelligent )

TAHAP KEDUA...Kenali sekolahnya..
  1. Kenali tujuan yang ingin dicapai setiap sekolah
  2. Kenali metode belajarnya
  3. Kenali pendekatan gurunya
  4. Kenali program sekolahnya
  5. Kenali harganya

Perkenalan dengan sekolah ini mengantarkan kita akan karakter masing-masing sekolah, bagian dari titik tekan apa yang diutamakan dari sekolah itu sendiri. Kasarannya, sekolah ini pabrik apaan? apakah pabrik atlit, atau pabrik pengusaha, atau pabrik penghapal Quran, atau pabrik ilmuwan, atau pabrik segala ada (tetapi rupanya masih jarang ditemukan sekolah seperti ini).

Selain itu, lihat harganya, betul bahwa sekolah memang tidak gratis, dari persepsi si pemilik sekolah, Karena tidak mungkin, seorang guru tidak dibayar, bayar listrik sekolahan, membuat kursi atau membeli kertas. Maka memang sekolah pun harus terus berusaha untuk menggalang kerjasama dengan pengusaha daerah setempat, atau yayasan-yayasan dapat turut menjadi donator pembiayaan operasional sekolahan. Itulah sebabnya ada manajemen berbasis sekolah (MBS)

 Selain itu, jika melihat lebih dalam, banyak orang yang terbuka tangannya untuk turut membantu kita menyekolahkan anak kita, dengan beasiswa, atau sumbangan sukarela, tinggal kita sebagai orangtua mengusahakan untuk menemukan siapa yang terbuka tangannya tersebut. Dan bersyukurlah di Jakarta-Depok, ternyata sekolah negeripun sudah gratis, walaupun membayar, hanya pada pendaftaran pertama, dan terkadang dapat dicicil.  Jadi teruslah optimis, karena jika kita mengusahakan disitulah terbuka jalan.

TAHAP  KETIGA ..Mari kita jodohkan
Ini adalah Bagian mudahnya yaitu menjodohkan kecerdasan anak dengan karakter sekolah.

Apakah anak kita ini memiliki kecerdasan akademis tinggi, dengan kecerdasan  logis matematis dan linguistik yang menonjol, maka masuklah ke sekolah yang memiliki karakter orientasi akademis, banyak remedial, sekolah sampe ¾ hari, banyak PR, sering hapalan, rutin ujian, atau kuis, dsb, dsb. (beberapa sekolah negeri masih banyak menganut paham sekolah dengan orientasi akademis ini)

Apakah anak kita kecerdasan naturalisnya tampak menonjol, atau kecerdasan kinestetiknya tampak cemerlang, maka sekolah alam adalah kesukaannya.

Apakah selama ini perkembangan bicaranya sudah sempurna, ada kekuarang pada pendengarannya, atau ternyata perkembangan fisiknya pun tidak sesuai dengan usia perkembangan anak seumurnya, maka sekolah luar biasalah yang cocok untuknya.

Apakah ia tampak memiliki dunia sendiri, atau tidak bisa duduk diam untuk 2 menit pun,  atau terasa lama sekali ia dapat mengerti informasi, maka penanganan khusus harus mereka dapatkan, karena mereka memiliki kebutuhan khusus untuk mengoptimalkan kelebihannya.

Jika kelihatannya  serba salah, ya kekanan, kekiri, kedepan kebelakang, sepertinya merasa tak ada sekolah yang cocok untuk anak tercinta, karena begitu istimewanya kemampuan yang dimiliki sedangkan tak ada sekolah pun yang mampu memenuhi kebutuhannya, maka cobalah sekolah rumah (Homeschooling), dan berkomitmenlah untuk menseriusinya.  

Jika sudah pada tahap ketiga ini, niscaya orangtua telah menjalankan kewajibannya dengan baik terhadap hak anaknya yang dicintainya. Ia tidak dholim dan sudah proporsional menempatkan si anak sesuai perkembangan, psikologis dan idealismenya.

TAHAP KEEMPAT ... Mari berbuat adil lebih jauh lagi
Ini adalah bagian tersulit, dari semua tahapnya. Ketika si orangtua menghadapi tataran pragmatisnya yang kadang melupakan yang idealisnya.
‘kok sekolah seperti kandang kambing begitu,,” 
“Kok mahal Ammatz ya sekolah disana, bisa diskon gak..”..
 “Malu ah, bareng dengan anak-anak itu”
“Wah gak level lah, sekolah di situ.”
 “repot antar jemputnya, kan jauh dari kantorku.”
“Woow, anak bosku sekolah disitu.”
“keren bangetz ya sekolahnya, iyalah mahal gito loh”.
“eh itu, sekolah artis lohw, mau ah..”
“Kata tetanggaku, bagus loh..”  
“kataya siy jelek, males ah kesana..” 
“Sekolah itu sudah sekolah turun temurun dari eyangmu, pokoknya cucu eyang ini harus masuk sekolah itu, titik!”

Menghadapi hal ini perlu adanya sikap kebijaksanaan dari orangtua, mengingatkan kembali tujuan awal, sekolah itu sebenarnya untuk apa. Bagian dari kewajiban sebagai orangtua untuk membentuk anak menjadi manusia seperti apa kelak.  Menjadi generasi apa nantinya dimasa datang. Apakah kelak anak kita generasi yang TIDAK PERCAYA DIRI. SENANG DILAYANI.. SUKA MEMBEBEK. GAMPANG DIPROVOKATORI. BAHAGIA DENGAN KORUPSI. MUDAH PUTUS ASA
DAN BUNUH DIRI.. SUSAH DIATUR.. GAMPANG EMOSI
Atau
Kelak menjadi generasi. PUNYA PRINSIP PASTI.. SENANG BERBUAT DAN MENYAMPAIKAN KEBAIKAN. PEMIMPIN YANG MELAYANI. CERDAS DAN BERBUDI. DAPAT DIPERCAYA DAN MENYAYANGI.. EMPATI DAN PEKA KONDISI.. TAKUT MENGAMBIL HAK ORANG LAIN..  MEMILIKI VISI DUNIA AKHIRAT..

Pada tahap ini orangtua menempatkan dirinya lebih dalam lagi, lebih bijaksana dan lebih melihat jauh kedepan tentang kebutuhan anak. Membentuk anak didasarkan pada keinginan besar untuk mencetak anak sebagai orang yang terbaik. Kecerdasan yang dimilikinya menjadi cemerlang dan melejit, sehingga ia menjadi seorang AHLI dalam bidang yang ditekuninya. Sementara pada jaman sekarang ini kebanyakan orang Indonesia, mencoba untuk menguasai semua hal secara sedikit-sedikit, dan hanya sedikit sekali yang menguasai dan mendalami satu atau beberapa hal secara Spesifik dengan predikat AHLI dibidang itu.

TAHAP KELIMA.. menikmati dan mendukung sepenuh hati.
Pada akhirnya si anakpun mulai bersekolah, jangan harap pada tahap ini sudah tidak ada masalah berarti. Namun justru baru saja mulai.. Anak perlu dukungan, anak perlu perhatian dan pengendalian, anak perlu kelembutan dan kasih sayang.. Karena sekolah bukan untuk menitipkan anak dan serahterimakan pengasuhan pada guru ataupun kepala sekolah.  Teruslah mengenalinya, karena setiap saat anakpun berkembang dan menjulang. Setiap anak akan menjadi orang dewasa yang terus menghadapi hidup dengan segala permasalahan yang dibawanya.  Usaha kita pada tahun keenam awal sianak itu hidup menentukan 10-30 tahun hidupnya kelak. Jadi, Ternyata UJIAN, MUSIBAH, serta SUKSESnya  PENDIDIKAN si ANAK terletak pada pilihan akhir si orangtua. Pilihan  Usaha untuk mencapai generasi yang terbaik.



____________________________________________________________________________

Artikel ini sepenuhnya milik UNIK.EDU PLUS, jika tertarik menyalinnya, mohon menghubungi terlebih dahulu  UNIK.EDU PLUS. Semoga dapat menyebarkan banyak Ilmu Kebaikan dengan jalan keberkahan. Terimakasih