Oleh : Ulfa Mahmudah, M.Psi
(Psikolog Pada Konsultan Psikologi Pendidikan UNIK.EDU PLUS)
Pengertian Autisma
Autisma, sebuah sindrom gangguan perkembangan sistem saraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak-kanak hingga masa sesudahnya. Sindrom tersebut membuat anak-anak yang menyandangnya tidak mampu menjalin hubungan sosial secara normal bahkan tidak mampu untuk menjalin komunikasi dua arah.
Varian simptom yang dimiliki setiap anak dengan sindrom autisma berbeda-beda. Ada varian simptom yang ringan dan ada juga yang berat. Secara umum dapat dispesifikan ke dalam tiga hal yang mencakup kondisi mental, kemampuan berbahasa serta usia anak.
Sebagai sindrom, autisma dapat disandang oleh seluruh anak dari berbagai tingkat sosial dan kultur. Hasil survei yang diambil dari beberapa negara menunjukkan bahwa 2-4 anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autisma dengan rasio perbandingan 3:1 untuk anak laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autisma dibandingkan anak perempuan.
Simptom perilaku autisma
Simptom gangguan perilaku yang diperlihatkan oleh sebagian besar anak autisma berupa rasa gelisah, menyakiti diri sendiri, hiperaktif, hingga kesulitan dalam mengendalikan keinginan buang air. Adapun gangguan umum yang kerap dihadapi orang tua adalah reaksi emosional yang sangat buru. Dalam banyak hal, reaksi emosional ini berdampak pada tampilan perilaku anak autisma yang cenderung merusak terhadap benda-benda di sekitarnya. Sehingga sebagian orang tua beranggapan bahwa anak autisma identik dengan perilaku hiperaktif, agresif, stimulasi dini dan tantrum.
Simptom autisma pada setiap anak dapat berbeda-beda. Simptom paling umum mencakup perilaku agresif, hiperaktif, tantrum, gangguan pencernaan, gangguan detoksifikasi, gangguan imunitas, gangguan neurobiologis dan neurofisiologis. Variatifnya gejala autisma antar anak tersebut menjadikan setiap anak perlu diagnosa khusus yang ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium.
Terapi autisma
Beberapa implementasi penyembuhan tersebut bukan hanya bersifat psikis, tetapi juga fisik, mental, emosional, hingga fisiologis. Terapi penyembuhan yang diterapkan pun dilakukan dengna berbagai varian teknik, diantaranya teknik belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal. Inti dari sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeleminir berbagai simptom yang diperlihatkan anak autisma yang disesuaikan dengan tingkatan sindrom yang disandang anak. Yang terpenting, terapi yang diberikan kepada anak autisma hendaknya tetap melibatkan peran serta orang tua secara aktif. Tujuannya agar setiap orang tua merasa memiliki andil atas kemajuan yang dicapai oleh anak autisma dalam setiap fase terapi. Dengan demikian, akan terbentuk ikatan emosional yang lebih kuat antara orang tua dengan anak autismanya sehingga akan mendukung perkembangan emosional dan mental anak menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sumber : Wijayakusuma, Prof. H M Hembing. 2004. Psikoterapi untuk anak autisma. Jakarta, Pustaka Populer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar