Tentang Kami

UNIK.EDU Plus adalah lembaga konsultan psikologi yang bergerak di bidang pendidikan yang berdiri pada tahun 2007. Integralitas pelayanan menjadi fokus kami, dimana tidak hanya individu dalam konteks anak didik saja. Melainkan juga para orang tua dan guru sebagai elemen penggerak dan sangat penting dalam kesuksesan sebuah pendidikan. Sehingga kami dapat memberikan pelayanan yang profesional, komprehensif dan akurat kepada pengguna jasa layanan kami. Misi utama Lembaga konsultan ini adalah mengoptimalkan aspek kognitif, afektif dan motorik anak usia dini, pelajar, mahasiswa, guru dan orang dewasa melalui pelayanan assesmen psikologik yang berorientasi pada ketepatan diagnostik dan penanganan, peningkatan keterampilan melalui kursus dan pelatihan serta memberikan pelayanan konseling psikologik.

BERANDA

Senin, 10 Oktober 2011

KEMATANGAN SEKOLAH


 KEMATANGAN SEKOLAH
Oleh : Ani khairani, M Psi, Psikolog

Apakah anak ayahbunda sudah siap sekolah?
Apakah Kesiapan masuk Sekolah di tentukan oleh USIA?
Apakah kesiapan sekolah anak di tentukan oleh kemampuan anak CALISTUNG?

LETS CHECK IT OUT?!

Tak sedikit ayahbunda yang bingung tentang kesiapan anak sekolah. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini banyak dilontari oleh orangtua. “Kapan anak saya siap sekolah?”,  “Betulkan anak saya siap kesekolah”, atau  “Komentar-komentar seperti  “ah, aku lebih memilih masukin anak yang TK-nya mengajarkan Calistung, jadi waktu SD sudah siap?” . “Anak TK boleh saja diberi pelajaran calistung, asalkan tidak memaksa dan fun”. “Lebih cepat lebih baik”. “Anak-anak bisa kok”. “Anak saya sudah 7 tahun niy, saatnya masuk sekolah”, dst, dst.

Aspek Usia memang sudah ditetapkan dalam Sistem pendidikan di indonesia yang menetapkan usia standar, seorang anak dapat bersekolah di SD. Dalam peraturan pendidikan di Negara manapun mengatakan bahwa pembelajaran baca, tulis, dan berhitung (calistung) adalah di usia sekolah dasar,  jelasnya dimulai umur enam tahun.  Usia ini pun yang dijadikan pertimbangan orangtua untuk menentukan anaknya siap bersekolah atau tidak. 




BETULKAN USIA MENJADI PATOKAN?
Marilah kita telaah Psikologi Perkembangan Kognitif anak. Berikut ini. Perkembangan kognitif, adalah fungsi perkembangan yang juga erat dengan kesiapan seorang anak menempuh pendidikan. Berbagai teori psikologi perkembangan  kognitif telah menjelaskan tentang step by step perkembangan manusia, salah satunya seorang tokoh psikologi perkembangan Piaget. 
Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisikpengalaman dengan objek-objek fisikpengalaman sosial, dan ekuilibrasi

Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate) dengan faktor-faktor lingkungan(Hetherington; Parke, 1986;Seifert; Hoffnung, 1987; Papalia; Olds, 1988;Miller, 1993). 

3. Tahapan Perkembangan Kognitif 
Menurut Piaget, perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasi konkrit, dan operasi formal (Hasselt; Hersen, 1987). Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing tahap. 

Pada tahap sensorimotor (0 – 2 tahun), manusia mengetahui dunia melalui aksi-aksinya terhadap lingkungannya, seperti mengenyot, meraih, mengikuti arah benda, dll. Pada proses ini, manusia mengkonstruksi skema-skema sensori-motor yang semakin lama semakin terarah dan semakin terinterkoordinasi. 

Pada tahap praoperasional (2 - 7 tahun), anak-anak mengeksploitasi kemampuan yang baru dicapainya dan mengembangkan proses-proses simbolik. Menurut Miller (1993), meskipun dibatasi oleh sifat egosentrisme, pemikiran yang kaku, serta keterbatasan dalam kemampuan ambil-peran (role-taking) dan komunikasi, pada tahap ini, anak mampu menggabungkan simbol-simbol dalam berfikir semilogikal (semilogical reasoning). 

Pada tahap operasi konkrit (7 - 11 tahun), anak mulai mampu menggunakan operasi-operasi berpikir karena anak telah mencapai struktus-struktur logik-matematik (logicomathematical). 

Pada tahap operasi formal (11 tahun ke atas atau awal remaja hingga dewasa), operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal dan kondisi hipotetik. 

Berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa proses penyempurnaan kognitif dan penyerapan segala ilmu dan pengetahuan sudah mulai terjadi pada usia dini secara alami dan bertahap. Walaupun usia yang sicantumkan di atas tidak sepenuhnya menjadi patokan.   Anak sebagai individu yang aktif mencari informasi baru dan segala pengetahuan yang ada di sekelilingnya sesuai dengan tahap perkembangannya dan kematangan usianya. Anak bagaikan video rekaman yang tak habis batre maupun kasetnya.  

Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh orangtua untuk menentukan kapan anak kita siap sekolah, bahkan diusia yang “tepat”.  Tepat disini berati Tepat secara kemampuan perkembangan kognitifnya.

KAPAN SAAT YANG TEPAT?

Sedangkan Untuk menentukan saat yang tepat memasukkan anak kesekolah perlu diperhatikan hal berikut:

Kemampuan Bahasa: Komunikasi untuk dapat menyampaikan informasi dengan jelas. Anak perlu untuk dapat mengikuti instruksi dan mengerti apa yang diucapkan guru, juga dapat mengekspresikan pikiran dan perasaanan melalui bahasa lisan baik kepada guru maupun teman sebayanya.

Perkembangan fisik : perkembangan fisik yang normal akan mendukug anak untuk siap bersekolah. Jika anak mengalami keterbatasan fisik bukan berarti secara otomatis anak tidak siap sekolah, namun menjadi pertimbangan aspek yang lain.

 Keterampialn motorik : Anak perlu menggunakan kedua tangannya dengan tepat. Melakukan aktivitas yang mengkoordinasikan antara penglihatan dan aktivitas tangannya.

Konsentrasi dan kematangan emosi. Hal ini berguna untuk memudahkan anak bersosialisasi dengan teman sebaya dan gurunya. Ia pun perlu terbiasa berada pada lingkungan sekolah yang terstrukturuntuk dapat fokus memperhatikan informasi dan instruksi guru, mengerti peraturan, dan beradaptasi

Kemandirian, Anak perlu memiliki keterampilan yang yang minim bantuan orang dewasa. Artinya, anak harus melakukannya sendiri. Termasuk, kekamar mandi sendiri, pakai baju snediri, memngikuti aktivitas rutin di kelas.



BEBERAPA TIPS UNTUK ORANGTUA


Beberapa TIPS aktivitas sederhana  yang dapat dilakukan orangtua untuk mempersiapkan anaknya masuk sekolah adalah sebagai berikut:
  • Bacakan buku untuk anakà gunakanlah buku sebagai aktifitas rutin yang sangat menyenangkan untuk anak
  • Buatlah setiap hari sebagai waktunya mengeksplorasi bahasa. à bertanya pada anak, dengarkan baik-baik jawabannya, dan doronglah anak untuk bertanya “Kenapa”
  •  Doronglah anak untuk menampilkan rasa keingintahuan alaminyaà lakukan aktivitas yang bervariasi, dorong anak untuk melakukan sesuatu dengan berbagai cara yang berbeda, jalan2 ketaman, keliling komplek dimana anak dapat melihat pemandangan yang berbeda
  • Biasakan anak belajar untuk membuka dan memakai baju sendiri dan biasakannya anak menggunakan toilet/kamar mandi secara tepat.
  •  Pastikan anak memiliki crayon/pensil warna/spidol dan pencil juga persediaan kertas yang banyak untuk digambar atau ditulisi. Jangan lupa untuk selalu memberikan apresiasi terhadap usaha mereka.
  •  Doronglah anak untuk bermain bersama teman sebayanya dengan berbagai permainan, sehingga anak dapat bersosialisasi dan berbagi bahkan bergiliran bermain dengan mainannya maupun mainaN teman-temannya
  • Selain itu, untuk menambah keyakinan kita apakah anak ita sip bersokloha, diskusikanlah dan meminta pertimbangan kepada guru TK-nya, atau guru SD, atau psikolog yang dapat memberikan asessmen perkembangan anak dan kesiapan sekolah anak.


Jadi, Kesiapan pembelajaran itu bukan karena sudah bisa calistung buat di kelas satu SD, tapi kematangan anak dalam menerima pembelajaran (school readiness)                                
 (Dari berbagai Sumber)